Take It Easy...

Life is short. Enjoy every second and make the most of it. For life, and after life...

Name:
Location: Kuala Kencana, Papua, Indonesia

Still in a quest to find myself, to figure it out who I really am...

Wednesday, April 13, 2005

Regular Meeting - Only for Kebo?


Saya tergelitik untuk menanggapi tulisan Irwin Morning Meeting - Kebo ke Sawah. Ada dua poin yang bisa saya tangkap di tulisan itu. Saya akan coba tanggapi satu poin dulu di tulisan ini, mengenai daily morning meeting/briefing yang diadakan setiap pagi di section Irwin (yang notabene section saya juga, walaupun saya tidak pernah mengakuinya...:p). Poin yang lain akan saya ulas di tulisan lain (lagi-lagi nggak janji. Kalau sempat ya...:) ).

Morning meeting yang dimaksud Irwin ini memang diadakan sejak kepala desa (kades) mereka yang lama pindah ke desa lain, dan kades bule baru (sebetulnya interim kades lama juga sih..) mengambil alih operasi di desa mereka. Setiap pagi, setiap kebo (oops..sorry Win :D ganti istilah ke Pak Tani aja deh..) ditanyai satu-persatu status sawah garapan mereka, apakah sawah mereka semalam baik-baik saja, ada masalah, ada problem dengan warga desa tetangga (yg notabene karyawan pabrik semua, karena nggak punya sawah..), dll.

Jujur aja, hasilnya sebetulnya terasa sekarang. Keadaan di desa lebih stabil (dibanding dulu..), sawah jarang ada yang problem juga. Penduduk desa saya yang tugasnya mengawasi sawah di desa tetangga selama 24 jam, juga semakin jarang menemukan masalah di sawah-sawah mereka dan juga tidak perlu sering-sering membangunkan salah satu dari para petani itu untuk mengejar babi hutan yang merusak sawah mereka. Hal ini semua tidak lain karena para petani desa tetangga saya ini menjadi lebih giat menggarap sawah mereka, juga karena fasilitas untuk menggarap sawah lebih komplet daripada dulu. Dana mengucur deras dari kades bule untuk membeli cangkul, traktor, pupuk, bahkan insektisida untuk memberantas hama.

Jujur juga, saya sering menemukan fakta kalo petani lokal itu harus diawasi tiap hari tiap saat, baru deh kerjanya bener, dan hal ini juga terjadi di desa-desa lain di negeri cartenz ini, nggak cuma di desa sebelah. Sebetulnya kades bule sudah meminta kades lokal yang dulu untuk melaksanakan pengawasan harian ini. Tapi, dalam pelaksanaanya kades lokal dulu lebih jadi seperti kamp konsentrasi daripada musyawarah desa (saya curiga pendekatan ini hanya untuk menutupi fakta bahwa kades lokal sebetulnya tidak memiliki teknik bertani yang memadai), walhasil para petani banyak yang merasa tertekan. Kades bule mengubah pendekatan itu, dan hasilnya lebih lumayan daripada kades lokal dulu. Mungkin itu kelebihan orang bule? Mereka lebih cepat membaca situasi dan mengubah pendekatan. Walhasil, para petani merasa tenang walaupun mereka, sadar nggak sadar, tiba-tiba malah jadi terjajah. Seperti itu pula mungkin pendekatan VOC di jaman dulu.

Desa saya sendiri memang di bawah kontrol Pak Kades bule juga. Gerakan perlawanan yang dulu marak, sekarang tinggal menjadi gerakan sporadis sewaktu-waktu saja. Pendekatan berbeda dari si kades bule benar-benar menyurutkan gerakan dan meniadakan alasan pemberontakan. Sadar nggak sadar, saya juga semakin terjajah.

Meminjam kata-kata Gonjez, dobol......

2 Comments:

Blogger Gz said...

Babi hutan, insectisida, trojan, backdoor, etc, lsp... hehehehehe....
long live freedom... :P
Suka banget ada perlawanan, biar sporadis... tp sekali DOBOL, tetep DOBOL.... bweheheheh....
BTW, tulisan bagus nih. sip Izz, kayaknya bagus buat skripsi kelulusan. hehehehehe... :D

April 13, 2005 5:00 PM  
Blogger Izzy said...

FYI, saya baru mengajukan judul, moga2 diterima supaya bisa dikerjakan jadi skripsi...:p

April 13, 2005 11:34 PM  

Post a Comment

<< Home