Take It Easy...

Life is short. Enjoy every second and make the most of it. For life, and after life...

Name:
Location: Kuala Kencana, Papua, Indonesia

Still in a quest to find myself, to figure it out who I really am...

Wednesday, October 05, 2005

Ramadhan 1426H


Ramadhan, as usual, is an important period for each moslem throughout the world. It's the month (in Hijri calendar system) where all moslem give their best effort to praise Allah SWT, asking and looking for his 'ridho' and forgiveness for all the sins in the past.

But for me, personally, this year's Ramadhan will also be something else. It's going to be the deciding moment whether a period of my life - took 17 years of it - is about to be over, and that I have to start all over again...

I am so stressed out...

Monday, September 05, 2005

The Second You Sleep (Saybia)


I recently like this song very much... I wish I could tell you why...

The Second You Sleep (Saybia)

You close your eyes
And leave me naked by your side
You close the door so I can't see
The love you keep inside

The love you keep for me

It fills me up
It feels like living in a dream
It fills me up so I can't see
The love you keep inside
The love you keep for me

I stay to watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you'll be gone
It gives me time to stay
to watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you'll be gone
I wish by God you'd stay

I stay awake
I stay awake and watch you breathe
I stay awake and watch you fly
away into the night
Escaping through a dream

I stay to watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you'll be gone
It gives me time to stay
to watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you'll be gone

I wish by God you'd stay

Wednesday, August 03, 2005

Puncak Sumantri


Setelah sekian lama, akhirnya kesampaian juga...:)

Sekian tahun sudah berlalu sejak terakhir kali naik gunung. Paling sering memang waktu SMA, waktu kita merasa bisa menaklukkan dunia walaupun hanya dengan peralatan pas-pasan plus uang saku dari ortu. Setelah SMA? Hanya sekali. Setelah itu? Berbilang tahun lewat tanpa satu gunung pun, hingga sekarang.

Setelah sekian lama tidak ada kegiatan naik gunung, ketahanan tubuh dan stamina jadi pertanyaan. Apalagi yang kita daki kali ini adalah gunung tertinggi di Indonesia. Walaupun bukan puncak yang tertinggi, tetap saja puncak Sumantri ini lebih tinggi dari puncak manapun yang sudah pernah saya jejaki.

Oke, selama di jobsite saya lumayan rutin berlatih. Treadmill, tennis, gokart, beberapa olahraga yg cukup melatih stamina & kardiovaskular. Plus angkat-angkat beban sedikit, karena memang saya nggak suka angkat beban. Tapi, teman-teman memutuskan mengadakan pendakian ini tepat setelah saya selesai cuti. Sementara selama 2 minggu cuti, bisa dibilang saya tidak ada aktivitas fisik yang berat. Waktu saya habiskan untuk keluarga. Paling-paling saya ngejar-ngejar krucil saya pas mereka naik sepeda...:) Balik cuti, cuma punya waktu seminggu buat mempersiapkan fisik lagi...

Alhamdulillah, ternyata stamina saya nggak parah-parah amat. 4 jam lebih sedikit dari Zebra Wall ke Basecamp. Walaupun bisa dibilang saya selalu berada di tim yang paling belakang. Ngakunya tim sweeper, padahal sih emang jalannya paling pelan...:) Sempat kesal juga, karena saya sudah membayangkan bisa memotret pemandangan alam yg pasti mencengangkan, tetapi ternyata pas sampai basecamp kabut turun dengan cueknya plus angin yang lumayan kencang. Cuaca tidak juga membaik ketika kita akan berangkat ke puncak, hingga akhirnya saya putuskan meninggalkan peralatan kamera saya yg cukup berat itu. 1 jam lebih dari Basecamp ke puncak Sumantri, sampailah kita di sana. Lagi-lagi saya ada di tim paling belakang :) Cuaca sedikit membaik, tapi tetap saja bukan cuaca ideal untuk mengambil gambar lanskap yang eksotis di pegunungan itu. Jadi saya tidak terlalu menyesal meninggalkan peralatan kamera di Basecamp.

Berdiri di puncak, sambil memandang hamparan es di bawah. Puas rasanya...

Target berikutnya, Puncak Sukarno di pergantian tahun 2005-2006...:)

Monday, June 27, 2005

Things Happen For Reason...


"Why people falls? So they can learn how to bounce back again" (Batman Begins - Christopher Nolan)

Saya mendapatkan quote ini dari blog teman saya Meddie (karena memang saya belum sempat nonton 'Batman Begins', DVDnya belum nyampe Papua...). Saya jadi ingat kembali ke tulisan perdana saya, yang sedikit banyak ada berkaitan dengan quote di atas. Intinya, dengan kegagalan orang akan belajar dan introspeksi diri mengapa hal itu bisa terjadi, dan untuk menjadi lebih kuat di kemudian hari.

"Things happen for a reason". Seorang teman saya yang lain 'hidup' menggunakan motto ini. Saya sendiri mulai belajar untuk mencari dan memandang sisi positif dari setiap kejadian dalam hidup ini, saya yakin Tuhan mempunyai maksud tertentu dalam setiap keputusan-Nya. Memang, tidak setiap pertanyaan bisa saya dapatkan jawabannya seketika itu juga, ada yang dalam bilangan tahun. Tapi sejauh ini, saya (kebanyakan) mendapatkan jawabannya, walaupun setelah bertahun-tahun. Memang, ada juga yang sampai sekarang saya belum mendapatkan jawabannya, dan saya tetap mencari dan menunggu jawabannya...

Kebetulan juga saya sering jadi 'pendengar' teman-teman dekat yang ingin curhat. Dari situ saya bisa mendapatkan tiga hal: (1) Saya bisa saja terinspirasi dan mendapatkan jawaban tentang permasalahan yang saya sendiri sedang hadapi, (2) Saya mendapatkan banyak masukan dan bisa melakukan perbandingan secara langsung mengenai apa yang mereka alami dengan apa yang saya alami yang mungkin mirip, atau kasus seorang teman dengan kasus teman yang lainnya, yang otomatis memperkaya cara pandang saya terhadap suatu permasalahan, dan (3) Pengalaman-pengalaman teman-teman sering membuat saya merasa bersyukur bahwa ternyata apa yang saya alami / permasalahan yang saya hadapi belumlah seberat apa yang telah mereka alami atau sedang hadapi.

Tuhan memang tidak pernah menciptakan sesuatu atau melakukan sesuatu tanpa alasan, hanya kita manusialah yang memang terbatas daya akalnya, sehingga tidak selalu mengerti dan memahami apa maksud dan tujuan Tuhan berbuat seperti itu. Kita hanya bisa mencari dan berdoa, berharap kita bisa menemukan mengapa hal itu terjadi...



Friday, May 27, 2005

Les Piano...


Sejak April lalu sebuah keyboard terpajang dan menghiasi ruang keluarga di rumah. Keyboard ini tidak hanya sebuah hadiah ulang tahun untuk QQ yang sejak umur 5 tahun menginginkan sebuah piano (mahal amat mintanya Kak? Keyboard aja dulu yak? :-) ), tapi juga perwujudan obsesi ayahnya yang dari dulu juga ingin bisa memainkan piano :D salah satu alat musik yang saya amat ingin bisa memainkannya, tapi belum juga berkesempatan belajar memainkannya karena tidak ada fasilitas...

Pada hari yang sama keyboard itu sampai di rumah, hari itu pula QQ kami daftarkan di sebuah sekolah musik di kota tempat kami tinggal untuk mengikuti kursus piano. Sengaja saya pilihkan kursus piano dan bukan electone, karena piano itulah dasar permainan alat musik sejenis, entah itu piano sendiri, electone, keyboard. Piano juga adalah impresi dan representasi musik klasik, piano juga adalah satu alat musik akustik di mana suara yang dihasilkan masih murni dan belum tersentuh permainan efek suara seperti alat-alat musik elektronik.

Di rumah, layaknya juga barang baru lainnya, kami semua (not including my wife I guess...) berebut memainkan keyboard baru ini. QQ karena memang sudah lama dia menginginkannya dan juga sambil mencoba apa yang dia pelajari di tempat kursus, adiknya Nia karena dia suka mendengarkan lagu-lagu dan efek suara yang ada dalam database keyboard itu sekaligus juga sambil mengusili kakaknya (Nia, kamu usil banget sih...), dan saya sendiri (heheheh...) karena saya juga sudah lama ingin bisa memainkan piano, seperti biasa saya mempelajarinya secara otodidak, tanpa kursus. Paling-paling nanti saya tanya-tanya ke QQ kalau dia sudah jauh lebih canggih dari saya.

Kembali lagi ke tempat kerja, saya hanya bisa berkomunikasi lewat telepon dengan keluarga, sambil melepas kangen, berdiskusi dengan istri dan menanyakan perkembangan anak-anak. QQ mirip dengan saya, dia pendiam dan cenderung untuk tidak bercerita apa-apa yang dia kerjakan. Kami orang-tuanya lah yang harus pintar-pintar memancing QQ untuk bercerita, bagaimana dia ikut bermain drama di sekolah, menulis puisi untuk kelas, dan hal-hal lain yang dia kerjakan selama tidak bersama saya atau istri. Termasuk juga mengenai les pianonya. Saya harus memancing dia terlebih dahulu, bercerita bagaimana ayahnya sulit melanjutkan 'les' piano di jobsite karena nggak ada keyboard dan minta dia ajarkan sesuatu yang baru untuk saya lewat telepon :) Senang sekali rasanya mengetahui kalau dia sangat menikmati kursusnya, bertemu dengan ibu guru di tempat kursus, belajar hal-hal baru. Bahkan pernah suatu hari pada saat dia sakit, dia ngotot untuk masuk sekolah karena hari itu adalah hari di mana QQ les piano. QQ tidak ingin melewatkan hari itu, dia khawatir kalau dia tidak bersekolah hari itu karena sakit sama artinya dengan dia tidak akan pergi ke tempat les piano. Sambil tersenyum, akhirnya Ibunya membolehkan dia masuk sekolah hari itu, dan mengantarkannya ke tempat les piano siang harinya sepulang sekolah... :)

Ah, saya jadi semakin kangen rumah.....