Take It Easy...

Life is short. Enjoy every second and make the most of it. For life, and after life...

Name:
Location: Kuala Kencana, Papua, Indonesia

Still in a quest to find myself, to figure it out who I really am...

Friday, May 27, 2005

Les Piano...


Sejak April lalu sebuah keyboard terpajang dan menghiasi ruang keluarga di rumah. Keyboard ini tidak hanya sebuah hadiah ulang tahun untuk QQ yang sejak umur 5 tahun menginginkan sebuah piano (mahal amat mintanya Kak? Keyboard aja dulu yak? :-) ), tapi juga perwujudan obsesi ayahnya yang dari dulu juga ingin bisa memainkan piano :D salah satu alat musik yang saya amat ingin bisa memainkannya, tapi belum juga berkesempatan belajar memainkannya karena tidak ada fasilitas...

Pada hari yang sama keyboard itu sampai di rumah, hari itu pula QQ kami daftarkan di sebuah sekolah musik di kota tempat kami tinggal untuk mengikuti kursus piano. Sengaja saya pilihkan kursus piano dan bukan electone, karena piano itulah dasar permainan alat musik sejenis, entah itu piano sendiri, electone, keyboard. Piano juga adalah impresi dan representasi musik klasik, piano juga adalah satu alat musik akustik di mana suara yang dihasilkan masih murni dan belum tersentuh permainan efek suara seperti alat-alat musik elektronik.

Di rumah, layaknya juga barang baru lainnya, kami semua (not including my wife I guess...) berebut memainkan keyboard baru ini. QQ karena memang sudah lama dia menginginkannya dan juga sambil mencoba apa yang dia pelajari di tempat kursus, adiknya Nia karena dia suka mendengarkan lagu-lagu dan efek suara yang ada dalam database keyboard itu sekaligus juga sambil mengusili kakaknya (Nia, kamu usil banget sih...), dan saya sendiri (heheheh...) karena saya juga sudah lama ingin bisa memainkan piano, seperti biasa saya mempelajarinya secara otodidak, tanpa kursus. Paling-paling nanti saya tanya-tanya ke QQ kalau dia sudah jauh lebih canggih dari saya.

Kembali lagi ke tempat kerja, saya hanya bisa berkomunikasi lewat telepon dengan keluarga, sambil melepas kangen, berdiskusi dengan istri dan menanyakan perkembangan anak-anak. QQ mirip dengan saya, dia pendiam dan cenderung untuk tidak bercerita apa-apa yang dia kerjakan. Kami orang-tuanya lah yang harus pintar-pintar memancing QQ untuk bercerita, bagaimana dia ikut bermain drama di sekolah, menulis puisi untuk kelas, dan hal-hal lain yang dia kerjakan selama tidak bersama saya atau istri. Termasuk juga mengenai les pianonya. Saya harus memancing dia terlebih dahulu, bercerita bagaimana ayahnya sulit melanjutkan 'les' piano di jobsite karena nggak ada keyboard dan minta dia ajarkan sesuatu yang baru untuk saya lewat telepon :) Senang sekali rasanya mengetahui kalau dia sangat menikmati kursusnya, bertemu dengan ibu guru di tempat kursus, belajar hal-hal baru. Bahkan pernah suatu hari pada saat dia sakit, dia ngotot untuk masuk sekolah karena hari itu adalah hari di mana QQ les piano. QQ tidak ingin melewatkan hari itu, dia khawatir kalau dia tidak bersekolah hari itu karena sakit sama artinya dengan dia tidak akan pergi ke tempat les piano. Sambil tersenyum, akhirnya Ibunya membolehkan dia masuk sekolah hari itu, dan mengantarkannya ke tempat les piano siang harinya sepulang sekolah... :)

Ah, saya jadi semakin kangen rumah.....